Minggu, 13 September 2009

Visitor Management by yulius eka agung seputra

Pantau Lokasi Via Google Maps
Filed under: Tips Ponsel — May 21, 2009 @ 7:10 pm
Jika versi sebelumnya hanya bisa melihat peta dalam model digital serta bisa tertampil via satelit, kini pengguna Google Maps (via latitude) juga bisa memantau lokasi rekan atau pacar secara real time (Google Latitude). Bahkan sekaligus bisa berbagi status message layaknya chatting.
Fitur lain yang juga ditawarkan Google Maps versi baru ini adalah My Location. Disini anda akan mengetahui posisi saat ini yang tertampil di peta digital berupa titik biru berkedip. Ponsel tak harus memiliki GPS receiver. Pasalnya koneksi yang digunakan berdasarkan jalur operator (Assisted-GPS). Jika posisi anda dan rekan sudah terdeteksi, anda juga bisa menentukan jalur (driving/walking direction) ke lokasi rekan atau tempat-tempat khusus, belokan demi belokan.

Langkah 1

Pastikan settingan internet ponsel anda telah tersedia dan siap digunakan. Lewat browser ponsel ,masuk ke alamat http://google.com/latitude. Anda akan diberikan link untuk mendownload aplikasinya. Klik link tersebut dan biarkan proses instalasi berlangsung secara otomatis. Anda juga bisa mendapatkan aplikasi ini dari http://www.getjar.com/products/15897/GoogleMapsformobilefeaturingLatitude. Pilih tipe ponsel yang digunakan dan download aplikasinya.

Langkah 2

Setelah proses instalasi selesai jalankan aplikasi Google Maps. Jika jalur internet anda sudah aktif, secara otomatis tampilan peta digitalnya akan menunjukan lokasi anda berada (My Location). Disini anda bisa memilih model tampilan, bisa dalam bentuk peta (Map view) atau satelit (Satellite view). Tapi di tahap ini anda belum bisa menampilkan profile. Untuk itu anda harus mendaftarkan akun google ke fitur Latitude lebih dulu.

Langkah 3

Pilih options > Join Latitude, masukan username dan password google anda. Jika belum memiliki akun di google, anda bisa membuatnya dengan masuk ke http://www.google.com/accounts. Akun ini juga sekaligus sebagai alamat email atau akun Google Talk. Seru kan? Nah, layanan Google Maps terbaru ini juga bisa dinikmati secara gratis dari ponsel. Anda cuma dikenakan biaya koneksi internet milik operator seluler. Google Maps kini sudah kompatibel dengan hampir semua platform sistem operasi ponsel. Bisa BlackBerry, Java (J2ME), Pocket PC maupun Symbian s60.
Berikut langkah-langkah untuk menikmati layanan Google Maps with Latitude.

Langkah 4

Setelah sign in anda diminta untuk mengaktifkan Latitude dengan memilih “Allow, start using Latitude”. Jreng… Profile dan lokasi anda langsung tertampil di peta digital.

Langkah 5

Sekarang waktunya untuk menambahkan rekan. Pilih Options > Latitude, tekan menu untuk menambahkan rekan. Di tahap ini anda bisa langsung memilihnya dari daftar kontak akun Google, atau bisa juga dengan memasukannya secara manual.

Langkah 6

Masukan alamat email rekan yang ingin ditambahkan. Untuk mengkonfirmasi pilih OK. Selanjutnya tinggal tunggu konfirmasi dari rekan yang kita tambahkan.

Langkah 7

Untuk mendapatkan info lengkap si rekan, termasuk jalur (directions) ke lokasinya, anda tinggal pilih profile rekan > Get directions. Tentukan sarana untuk menuju ke lokasi, bisa berkendara (Driving) atau berjalan (Walking). Untuk menampilkan dan menggonta-ganti status profile supaya bisa dibaca rekan lain sebagai pesan. Anda bisa masuk ke profile dan pilih “Change your status”. Jika rekan tersebut setuju berbagi lokasi (dengan mengklik link yang dikirimkan ke emailnya), maka kita bisa langsung melihat profile dan lokasinya di peta. Untuk memperbesar anda bisa mengklik tombol “zooming”. Selanjutnya tentukan “Start point”, bisa dari lokasi anda berada saat itu atau menuliskannya secara manual. Klik “Show directions”. Tampilan Turn by turn-nya bisa dipilih dalam model teks atau peta. Asyik kan?

Pentingnya OS di ponsel by yulius eka agung seputra st msi

Ponsel makin cerdas saja. Itu karena urusan “otak”-nya juga mulai diperhatikan. Beberapa jenis sistem operasi siap dicangkokkan ke ponsel-ponsel keluaran terbaru.
Dalam kurun waktu beberapa tahun saja, kecanggihan dan popularitas ponsel sudah mengalahkan gadget manapun yang pernah diciptakan. Berbagai aplikasi seru yang bisa dibuat dalam bentuk supermini telah dicangkokkan ke dalam handset yang satu ini. Walhasil, selain menjalankan fungsi dasarnya sebagai alat komunikasi, ponsel juga jago berperan sebagai organizer, kamera, music player, sampai komputer.
Hebatnya, semua fitur canggih tersebut berhasil dibungkus dalam desain yang imut sekaligus fesyen, dua elemen penting yang digila-gilai masyarakat saat ini.
Untuk menjalankan berbagai aplikasi yang dibebankan kepadanya, ponsel mesti mengadopsi teknologi ala komputer yaitu sistem operasi atau biasa disebut OS (Operating System). Jadi jangan heran kalau Windows atau Linux kini sudah wara-wiri dalam wujud handset.
Selain berfungsi untuk mengkoordinir sumber daya hardware dan software ponsel seperti keypad, layar, phonebook, baterai, dan koneksi ke jaringan, OS juga memastikan agar semua aplikasi bisa berjalan stabil dan konsisten. Kalau ponsel Anda sering hang atau lelet kinerjanya, ini bisa jadi karena sistem operasinya yang kurang mantap.
OS juga mesti dirancang cukup fleksibel supaya para software developer alias pembuat software bisa lebih gampang menciptakan aplikasi-aplikasi baru yang lebih canggih. Inilah asyiknya punya ponsel ber-OS. Kita bisa men-download berbagai aplikasi tambahan yang kita butuhkan ke dalamnya. Tidak mesti pasrah dengan fasilitas yang sudah disediakan oleh vendor. Aplikasi-aplikasi tambahan ini bisa diperoleh secara gratis dari si vendor pembuat produk tersebut, atau membeli dari pihak ketiga seperti operator atau para software developer.
Saat ini ada tiga sistem operasi yang mewarnai kancah perponselan yaitu Symbian OS, Windows Mobile, dan Linux. Selain itu, masih ada OS yang diberi julukan proprietary. Sistem ini dirancang oleh masing-masing vendor dan tidak bisa dimodifikasi oleh si pengguna ponsel. Misalnya Nokia OS pada beberapa ponsel Nokia seperti seri 6230, 6610, dan 6822.
Hingga saat ini, dibandingkan OS proprietary dari vendor lain, rancangan Nokia dianggap paling user friendly karena tidak ribet ketika dioperasikan. Nah, bagaimana dengan OS lainnya?
Symbian Identik Nokia
Ini dia sistem operasi untuk handset yang paling laku di dunia. Menurut hasil riset Canalys, tahun lalu Symbian OS menguasai pasaran smartphone sebesar 76 persen. Bandingkan dengan sistem operasi dari Microsoft yang harus puas dengan angka 7,6 persen saja.
Didirikan pertama kali pada bulan Juni 1998, Symbian merupakan perusahaan independen hasil kolaborasi vendor-vendor raksasa pada masa itu yakni Ericsson, Nokia, Motorola, dan Psion. Mereka saling berkomitmen untuk menciptakan suatu standar sistem operasi yang terbuka dan fleksibel bagi ponsel. Hasilnya? Pada tahun 2004 lalu saja, sekitar 25 juta ponsel dengan fitur Symbian OS telah beredar ke seluruh dunia.
Kini Symbian dimiliki oleh Ericsson, Nokia, Panasonic, Samsung, Siemens, dan Sony Ericsson. Nokia sebagai pemegang saham terbesar dengan angka 47,9 persen bisa dibilang paling berjasa memopulerkan OS ini dengan berbagai produknya yang laris-manis di pasaran. Selain 6 vendor di atas, ada 8 vendor lainnya yang telah membeli lisensi Symbian seperti BenQ, LG Electronics, Fujitsu, Mitsubishi, dan Sharp.
Apa sih yang membuat OS satu ini begitu digdaya? “Symbian lebih unggul karena sistem operasi ini sejak awal memang dirancang khusus untuk ponsel. Lain dengan Microsoft atau Linux yang diadopsi dari komputer. Ponsel memiliki karakteristik yang jauh beda dengan komputer, seperti dalam hal memori dan baterai. Jadi OS dari komputer meskipun sudah diadaptasi sedemikian rupa tetap saja tidak cocok diaplikasikan ke ponsel,” ungkap Usun Pringgodigdo, Multimedia Business Manager Nokia.
Meski demikian, tidak semua produk Nokia memakai Symbian OS. Vendor asal Finlandia ini juga mengadopsi Linux untuk gadget bernama Nokia 770 Internet Tablet yang dirancang khusus untuk surfing via Wi-Fi. Tapi soal handset, Usun Pringgodigdo memastikan bahwa Nokia belum ada niat untuk pindah ke lain hati alias masih setia dengan Symbian.
Sistem operasi ini memang sangat komplit dengan berbagai keunggulan seperti messaging dengan SMS, EMS, MMS, e-mail dengan attachment, dan fax. Selain itu, berbagai protokol komunikasi juga ditawarkan via TCP/IP, WAP, IrDA, Bluetooth, USB, dan GPRS/UMTS. Urusan sekuriti dijamin memakai protokol seperti HTTPS, WTLS, SSL, TLS, WIM framework, dan instalasi aplikasi bersertifikat.
OS ini juga sangat terbuka sehingga siapapun bisa mengembangkannya berkat fitur CC+, Java (J2ME) MIDP 2.0, PersonalJava 1.1.1a, dan WAP. Karena itulah, di pasaran paling banyak beredar aplikasi-aplikasi tambahan untuk OS berbasis Symbian atau platform Java.
Symbian juga menyediakan suatu user interface (UI) framework yang fleksibel supaya para vendor bisa menvariasikan produk-produknya. UI ini adalah aplikasi dasar beserta tampilannya yang mewarnai ponsel seperti daftar nomor telepon dan messaging. UI pada ponsel yang dioperasikan memakai keypad tentunya tidak sama dengan UI pada handset dengan layar sentuh. Nah, para vendor yang membeli lisensi Symbian bisa memilih sendiri aplikasi dan desain UI yang paling pas sekaligus khas untuk produk mereka. Jadi ponsel Symbian OS keluaran Siemens misalnya, tidak akan sama dengan produksi Nokia.
Ada empat jenis UI yang beredar saat ini yaitu:
* Series 60 (misalnya Nokia N-Gage, N-Gage QD, 7650, 3650, 3660, 6600, 6620, 7610, 6670, 6260, 3230, 6630, 6681, 6680, N70, N90, N91, Siemens SX1, Samsung D700, D710, Panasonic X700, X800)
* Series 90 (Nokia 7700 dan 7710), UIQ (Sony Ericsson P800, P900, P910, Motorola A920, A925, A1000, A1010)
* Series 80 (Nokia Communicator seri 9210, 9210i, 9300, 9500,e90)
* Selain itu masih ada UI yang dikembangkan khusus untuk ponsel-ponsel Fujitsu dan Mitsubishi yang dipakai oleh pelanggan NTT DoCoMo, operator nomor wahid di Jepang.
Windows Mobile yang Tertutup
Siapa tak kenal sistem operasi Windows dari Microsoft? Vendor kelas berat ini rupanya tak mau ketinggalan ikutan terjun ke industri seluler. Mungkin dasar pemikirannya adalah, mereka yang terbiasa menggunakan komputer berbasis Windows pastinya akan berminat mengoperasikan ponsel dengan cara yang sama. Dan memang itulah yang ditawarkan Microsoft.
Dibandingkan kompetitornya, Microsoft bisa dibilang menawarkan keuntungan lebih bagi corporate user atau pengguna segmen perusahaan. Mengingat sebagian besar teknologi IT (information technology) yang dipakai perusahaan sudah berbasis Windows, tentunya akan lebih pas berkoneksi dengan ponsel yang juga mengadopsi OS tersebut. Kecocokan dalam hal platform serta ekstensi yang mudah dengan software komputer inilah yang menjadikan Microsoft dianggap lebih ideal dibandingkan Symbian atau Linux.
Windows Mobile yang sebelumnya bernama Windows CE ini menawarkan berbagai fitur unggulan seperti Mobile Blog, GPS, menonton televisi, serta Mobile Database. Sebelumnya Microsoft telah menggandeng nama-nama besar seperti HP, Motorola, dan Dell untuk mendiskusikan referensi desain yang oke. User interface-nya mirip dengan komputer Windows OS biasa, jadi mengoperasikannya tidak perlu keahlian khusus.
Tapi juga tidak lantas menjadikannya lebih mudah, karena layar ponsel yang kecil-mungil tentunya tidak bisa disamakan dengan komputer sehingga distribusi menu yang coba disetarakan seperti versi aslinya malah terkesan ribet.
Meski disebut-sebut bahwa grup Mobile Devices dari Microsoft adalah satu-satunya grup di perusahaan tersebut yang merugi, vendor ini terus melaju. Bahkan kini diprediksi bahwa Windows Mobile bakal terus menjadi pesaing terdekat Symbian. Jeleknya, perangkat lunak versi Microsoft sifatnya sangat tertutup sehingga sulit bagi software developer independen untuk menciptakan aplikasi-aplikasi baru. Hal yang sama juga menyulitkan vendor yang mesti menyesuaikan aplikasi yang ada dengan produk-produknya secara spesifik.
Saat ini sudah ada beberapa handset yang menggandeng Windows Mobile seperti Audiovox SMT 5600, iMate SP3i, Samsung SCH-i600, Mio 8390, Sagem myS-7, Orange SPV C500, HP iPAQ rw6100, Motorola MPx220, O2 Xphone, dan O2 Xphone II.
Nah, selain smartphone, OS ini juga diluncurkan dalam bentuk ala PDA (Personal Digital Assistant) yang diberi nama Pocket PC. Beberapa keluarannya antara lain adalah Acer n30, ASUS My Pal A716, HP iPAQ h5555, dan Mio 558.
Linux Non-royalti
Masuknya Linux sebagai salah satu kompetitor di arena tanding OS untuk ponsel ditandai dengan diluncurkannya ponsel Linux pertama di dunia oleh Motorola pada bulan Februari 2003.
Motorola seri A760 yang dirilis pertama kali di Cina ini menggunakan OS kombinasi dari kernel Linux yang didistribusikan oleh software Silicon Valley-based Monta Vista dan software lainnya dari bahasa pemrograman Java Sun Microsystems.
Vendor yang tujuh tahun sebelumnya ikutan mendirikan perusahaan Symbian ini bahkan berencana akan terus menggunakan sistem operasi Linux untuk berbagai produknya. Bisa jadi ini adalah langkah yang spekulatif bagi Motorola, tapi pastinya suatu terobosan yang bikin para pecinta Linux girang.
Pada bulan Desember 2003, NTT DoCoMo ikut-ikutan mengumumkan bahwa mereka juga akan meluncurkan handset 3G berbasis Linux (dan Symbian) bekerjasama dengan beberapa vendor di negeri sakura tersebut seperti Fujitsu, Mitsubishi, NEC, Panasonic, Sharp, dan Motorola.
Yang cukup menghebohkan, operator ini menyatakan tidak akan mensuplai ponsel ber-OS asal Microsoft. Jadi agaknya untuk sementara ini Windows Mobile tidak akan dipakai di Jepang.
Menanggapi soal kepindahan Motorola ke Linux, Yanty Agus, Marketing Manager Mobile Devices South Asia dari Motorola mengungkapkan bahwa vendor yang bermarkas di Amerika Serikat ini tidak akan meninggalkan Symbian. “Kami melihat Linux sebagai OS yang cukup mapan karena sebelumnya sudah banyak dipakai sebagai sistem operasi di perangkat-perangkat IT. Jadi harapannya OS ini akan lebih mudah berkoneksi dengan komputer, terutama untuk segmen corporate,” ujarnya.
Soal aplikasi tambahannya yang belum banyak beredar, Yanty Agus tidak khawatir. “Wajar saja kalau saat ini lebih banyak beredar software untuk Symbian, karena memang ponsel OS ini duluan yang terbit dan banyak dipakai orang. Nantinya kalau handset Linux sudah mulai populer dan diminati konsumen, software-software tambahannya juga pasti akan ikut berkembang. Tinggal menunggu waktunya saja,” tuturnya optimis.
Linux mulai dipertimbangkan sebagai OS yang ideal bagi ponsel berkat dukungan dari perusahaan-perusahaan besar macam IBM, Oracle, dan Intel. Selain itu, sistem ini disebut-sebut lebih fleksibel dan menawarkan memori yang lebih kecil serta bisa lebih dihemat. Tapi karena Linux awalnya dibangun untuk menjalankan sistem dengan tenaga besar, kekurangannya adalah soal manajemen sumber daya baterai yang dianggap kalah efektif dibandingkan OS lainnya.
Dan meskipun vendor tidak perlu membayar biaya royalti per-unit untuk kernel Linux, modal awal untuk merancang solusi berbasis Linux jauh lebih mahal dibandingkan biaya yang mesti dikeluarkan untuk membeli lisensi siap-jadi dari Symbian OS atau Windows Mobile misalnya.
Banyak ponsel ber-Linux OS yang sudah dilepas ke pasaran seperti Haier N60, Motorola A760, A768, A780, E680, E680i, E895, NEC N900iL, dan Samsung SCH-i519. Produk-produk PDA-nya juga banyak digelontor seperti Sharp SL-C3000, Sharp Zaurus SL-C1000, Compaq iPAQ, IBM e-LAP reference design, dan Nokia 770 Internet Tablet.

Membangun Internet-Kiosk dengan Windows SteadyState

Membangun Internet-Kiosk dengan Windows SteadyState
Internet-Kiosk atau PC-Kiosk adalah istilah untuk PC yang biasanya ditempatkan di lokasi publik. PC ini bisa digunakan oleh siapa saja untuk keperluan akses Internet. Karena lokasinya yang berada di tempat terbuka serta bisa digunakan oleh siapa saja, maka sudah jelas harus ada penerapan security policy yang bagus. Selain itu ancaman virus, spyware, trojan juga harus mendapat perhatian berhubung PC ini tidak akan diawasi terus-terusan juga tidak akan dimaintain secara berkala.
Solusi yang biasa digunakan adalah menggunakan software seperti Deep Freeze. Software yang umum digunakan di lingkungan Warnet ini memiliki fungsi utama untuk mengunci Windows pada kondisi (state) tertentu, sehingga jika PC restart / reboot maka kondisinya akan selalu kembali kondisi semula. Cuman sayangnya DeepFreeze ini termasuk kedalam tipe software berbayar dengan harga yang cukup mahal. Sebagai alternatifnya, daripada kita menggunakan DeepFreeze versi ilegal / versi yang di-crack, kita bisa menggunakan Windows SteadyState.
SteadyState memiliki fungsi yang hampir sama dengan DeepFreeze, yaitu untuk membatasi hak akses user dalam Windows serta mengunci sistem Windows pada kondisi tertentu. Fiturnya tentu saja tidak selengkap DeepFreeze ataupun software-software lain yang sejenis, namun sisi bagusnya adalah software buatan Microsoft ini adalah gratis dan tentunya bebas digunakan tanpa harus membayar lisensi apapun :-)
Situs resminya bisa dilihat disini:
http://www.microsoft.com/windows/products/winfamily/sharedaccess/default.mspx
Download programnya bisa kesini:
http://www.microsoft.com/downloads/details.aspx?FamilyID=d077a52d-93e9-4b02-bd95-9d770ccdb431&displaylang=en
Konfigurasi SteadyState ini bisa dibilang sangat sederhana dan sama sekali tidak rumit. Imho, lebih rumit mengatur konfigurasi DeepFreeze daripada SteadyState. Agar lebih jelas, berikut ini tahapan singkat pengaturan konfigurasi SteadyState untuk sebuah Internet-Kiosk.
Tahap 1
Tahap pertama tentu saja menyiapkan PC :-) Hardisk rasanya cukup dibagi dengan 1 partisi karena untuk sebuah Internet-Kiosk rasanya yang dibutuhkan hanya Windows dan Internet Explorer saja.
Tahap 2
Berikutnya adalah instalasi Windows berikut mengatur konfigurasinya selengkap mungkin. Misalnya drivernya dilengkapi, pengaturan network, proxy, dlsb. Pokoknya Windowsnya betul-betul dalam kondisi siap pakai untuk koneksi Internet. Beberapa hal lain juga harus diperhatikan, seperti misalnya pengaturan screensaver serta power management.
Tahap 3
Buat 1 user baru, sebaiknya user yang baru ini jangan diberi password. Sebagai contoh kita buat 1 user baru dengan nama tamu. Hati-hati dengan user yang sudah ada sebelumnya. Saat instalasi Windows, secara default akan dibuatkan 1 user, namun hak akses user ini adalah Administrator jadi jangan gunakan user yang ini. Setelah user dibuat, sebaiknya login dulu dengan user tersebut agar dibuatkan folder profilenya oleh Windows.
Tahap 4
Tahap ini adalah instalasi Steady State. Tidak ada yang aneh dalam proses instalasi ini, cukup tekan tombol Next beberapa kali hingga instalasi selesai. Hanya saja pastikan bahwa Windows yang kita gunakan adalah Genuine, karena jika tidak tentunya kita tidak dapat melewati proses instalasi ini.
Tahap 5
Setelah instalasi selesai tinggal jalankan Steady State. Pertama kali dijalankan akan tampil Getting Started guide yang berisi panduan singkat tentang beberapa fitur dalam SteadyState.

Tahap 6
Pada tahap ini kita akan mengatur konfigurasi SteadyState.
Layar utama SteadyState terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu:
• Global Computer Settings
• User Settings
Global Computer Settings berisikan 3 seting utama, yaitu pengaturan batasan hak akses terhadap Windows secara keseluruhan, pengaturan automatic updates, dan pengaturan proteksi hardisk.

Klik Set Computer Restrictions. Disini kita bisa menentukan batasan-batasan apa saja yang ingin kita terapkan. Karena tujuannya adalah untuk Internet-Kiosk maka kita aktifkan saja semuanya agar lebih aman :-) Dan tentu saja batasan-batasan ini tidak harus selalu diaktifkan semuanya, tentunya tetap disesuaikan dengan kebutuhan kita.

Setelah selesai klik tombol Ok untuk kembali ke layar utama. Pesan peringatan Windows bahwa Windows harus direstart kita abaikan saja.
Berikutnya adalah pengaturan batasan akses untuk user. Pengaturannya terdapat dalam bagian User Settings. Jika sebelumnya kita sudah membuat user maka secara otomatis nama user tersebut akan ditampilkan disini. Namun jika belum, SteadyState menyediakan pilihan Add User untuk menambahkan user baru. Sebagai contoh dapat dilihat bahwa user tamu secara otomatis telah ditambahkan.

Untuk mengatur batasan akses untuk user tamu tersebut, cukup dengan klik pada nama user tamu tersebut.
Seting untuk user ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. General
Bagian General Settings mengatur penguncian profile user agar tidak mengalami perubahan. Berhubung kita akan menggunakan fasilitas penguncian seluruh system Windows, maka fitur ini kita buat disable. Bagian Session Timer berfungsi untuk mengatur logoff otomatis setelah selang waktu tertentu atau jika PC tidak digunakan selama waktu tertentu. Gunakan fitur Session Timers ini sesuai kebutuhan.

2. Windows Restrictions
Bagian ini digunakan untuk mengatur batasan hak akses user terhadap komponen utama Windows. Pengaturannya tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kita gak mau repot, Steady State menyediakan template siap pakai, mulai dari No Restrictions hingga High Restrictions. Sebagai contoh kita pilih High Restrictions agar semua batasannya diberlakukan.

3. Feature Restrictions
Fungsi bagian ini hampir sama dengan Windows Restrictions, hanya saja yang kita atur adalah batasan hak akses untuk aplikasi Internet Explorer dan Microsoft Office. Sebagai contoh, disini kita pilih High Restrictions juga.

4. Block Program
Sesuai dengan judulnya, bagian ini digunakan untuk memblok aplikasi / program tertentu agar tidak bisa dijalankan oleh user. Disini kita bisa memblok aplikasi standar Windows ataupun memblok aplikasi lain yang bisa ditambahkan dengan menekan tombol Browse.

Setelah selesai bermain-main di User Settings ini, tekan tombol Ok untuk kembali ke tampilan utama.
Tahap terakhir adalah mengunci Windows agar saat restart maka kondisinya akan tetap kembali ke kondisi semula. Untuk mengunakannya cukup klik pada bagian Protect the Hard Disk. Status yang tampil disana adalah Off karena kita memang belum mengaktifkannya.

Pilih On hingga muncul kotak dialog yang memberitahukan bahwa jika kita menggunakan fitur ini maka sebuah file cache yang berukuran cukup besar akan dibuat.

Tekan tombol Yes dan tunggu beberapa saat hingga muncul kotak dialog lagi yang memberitahukan bahwa Windows akan di-restart.
Setelah restart, login kembali sebagai Administrator. Perhatikan informasi di tray yang memberitahukan bahwa Windows Disk Protection sudah aktif.

Jalankan kembali SteadyState dan masuk lagi ke bagian Protect the Hardisk. Ada beberapa seting tambahan yang bisa kita atur:
• Remove all changes at restart - Perubahan yang terjadi akan selalu diabaikan saat PC restart.
• Retain changes temporarily - Perubahan akan disimpan sementara selama waktu tertentu.
• Retain all changes permanently - Perubahan akan disimpan secara permanen.

Untuk sebuah Internet-Kiosk, tentunya pilihan pertama yang kita pilih, yaitu Remove all changes at restart.
Perhatikan juga seting berikut ini.

Change cache file size digunakan jika kita ingin merubah besarnya file cache. Secara default SteadyState akan menggunakan 50% dari space hardisk yang tersedia. Atur bagian ini sesuai kebutuhan atau biarkan saja nilai defaultnya.

Do not warn the administrator.. sebaiknya kita aktifkan juga agar setiap kali user login maka Windows tidak akan menampilkan pesan peringatan apapun.
Tekan tombol Ok untuk kembali ke layar utama.
Proses konfigurasi SteadyState telah selesai. Tinggal restart kembali PC lalu login sebagai user. Perhatikan perbedaannya, kita akan melihat bahwa banyak fitur Windows yang tidak bisa digunakan, termasuk satu-satunya aplikasi yang bisa digunakan juga hanya Internet Explorer. Dan sampai tahapan ini, tentunya Internet-Kiosk kita telah siap beroperasi.. :-)
Catatan Tambahan:
• Hati-hati dengan perubahan hardware pada PC yang telah diproteksi. Jika kita ingin merubah hardware atau menambahkan hardware baru, maka non-aktifkan dulu fitur Windows Disk Protectionnya, hal ini untuk mencegah munculnya Add New Hardware Wizard setiap kali user logon ke Windows.
• Eksplor lebih lanjut dan pelajari setiap seting yang mengatur batasan user pada bagian Windows serta Feature Restrictions. Ada kalanya kita tidak membutuhkan semua batasan tersebut, namun hanya beberapa saja diantaranya.
• Versi SteadyState yang digunakan dalam tulisan ini adalah SteadyState versi 2.5 dengan sistem operasi Windows XP Pro SP3. Untuk Windows Vista, cara konfigurasinya sama saja.
• Setelah kita menggunakan fitur Windows Disk Protection, tentunya waktu startup Windows akan lebih lama dari biasanya, karena adanya proses untuk mengembalikan Windows ke kondisi semula. Sebagai gambaran, saat saya mencoba SteadyState ini pada sebuah Celeron 1.8 dengan RAM 512 MB, waktu startup Windows sebelum menggunakan Windows Disk Protection adalah sekitar 32 detik. Dan setelah menggunakan Windows Disk Protection waktu startupnya sekitar 2 menit. Perbedaan waktu yang tidak terlalu besar ini rasanya masih wajar dan masih bisa diterima.
Demikian dan mudah-mudahan tulisan singkat ini ada gunanya.